Oleh Dzikri Askari Hermansyah
Kadoega-Nama saya Dzikri Askari Hermansyah dan biasa dipanggil Dzikri. Saya lahir pada tanggal 09 April 2010 di Kota Intan, yaitu julukan bagi Kota Garut. Saya merupakan anak tunggal, juga merupakan cucu ke-5 dari 10 cucu.
Pada tahun 2022, setelah lulus dari SD, saya melanjutkan sekolah di SMPN 2 Garut. Untuk selanjutnya, saya akan menggunakan nama “Doega” untuk menyebut SMPN 2 Garut ini.
Masuk ke sekolah ini perlu perjuangan yang tak mudah. Berhasil memenangkan olimpiade yang diadakan oleh Doega adalah tiket saya untuk bisa masuk ke Doega.
Masa awal sekolah di Doega, sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun itu tak berlangsung lama. Saat lelas 7 semester 2, saya sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan Doega.
Saat itu juga, saya ingin memulai untuk aktif berorganisasi dengan bergabung ke dalam sebuah organisasi yang ada di sekolah, yaitu organisasi yang bernama Pelajar Peduli Lingkungan (PPL).
Saat pergantian pengurus lama ke pengurus baru, saya terpilih menjadi Wakil Sekretaris PPL periode 2024–2025.
Di kelas 8, saya bergabung dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan menjabat sebagai Ketua Sekbid 5 OSIS angkatan 66.
Di kelas 8 jugalah saya mulai berpikir bahwa selain mementingkan organisasi, saya juga harus mementingkan akademik.
Pasalnya kelas 7 semester 1 saya masuk ranking 10 besar di kelas. Sementara itu, di semester 2 saya tidak masuk sama sekali.
Oleh karena itu, di kelas 8 saya berusaha untuk bisa menyeimbangkan antara organisasi dengan akademik.
Usaha itu tidak sia-sia. Di kelas 8 saya berhasil meraih peringkat 10 besar di kelas dan masuk dalam 10 besar siswa berprestasi seangkatan. Di kelas 9 semester 1, saya meraih ranking 1 di kelas.
Saya berusaha untuk meraih prestasi yang lain salah satunya dengan mengikuti olimpiade. Sayangnya, saya belum pernah memenangkan olimpiade itu.
Saya tidak berkecil hati. Saya yakin bahwa yang utama itu bukan kemenangannya, tapi pengalamannya.
Saya ingin mendapatkan banyak prestasi bukan tanpa alasan. Tentunya, selain untuk membanggakan orang tua, saya juga mempunyai impian yang ingin dicapai di masa depan nanti.
Saya memiliki impian untuk menjadi seorang profesor. Menjadi seorang profesor memang bukanlah hal yang mudah. Saya tahu bahwa untuk menjadi profesor akan membutuhkan suatu kerja keras yang tinggi.
Tentu, untuk menjadi seorang profesor harus disertai dengan sebuah “aksi”. Saya memulai “aksi” itu dari yang kecil, misalnya berusaha mendapatkan prestasi-prestasi di sekolah.
Sebuah aksi kecil bisa saja menjadi titik awal perubahan yang besar. Saat menjadi profesor nanti, saya berharap diri saya bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Saya akan selalu berusaha untuk siap dalam menghadapi tantangan yang akan ada dalam perjalanan ini.***
(Editor: Lupy)